Tak banyak (atau mungkin tidak ada) yang tahu persis
sejarah munculnya kata ini. Namun, saya yakin, seperti kata-kata ‘aneh’ lainnya
di masyarakat Palopo (khususnya remaja), pasti kata ini dipopulerkan oleh
seseorang dalam waktu tertentu dan diadopsi oleh kelompok atau pribadi-pribadi
latah. Yang jelasnya, dalam lirik lagu “ABG Palopo” (yang saya anggap kritik
sosial), kata ini muncul. Hal ini tentu menjadi justifikasi bahwa, kata ini
secara umum telah diterima dan dipahami oleh masyarakat Palopo dan sekitarnya.
Mapappe’ sendiri, dalam pengucapannya, kadang ada yang
menyebutkan dengan Mappappe’. Gak tahu yang mana yang benar, karena kata
ini sendiri memang belum dikaji secara ilmiah. Begitu pula dengan bahasa-bahasa
keseharian masyarakat Palopo, yang cenderung membentuk karakter tersendiri.
Kalaupun ada yang meneliti, mungkin publikasinya yang kurang bergema. Karakter
bahasa (atau apalah terminologinya dalam disiplin ilmu humaniora) keseharian
masyarakat Palopo sendiri, cenderung mencombine antara Bahasa Indonesia,
Bugis, Luwu dan pure Palopo language . Dan saya berasumsi bahwa, mapappe’
atau mappappe’ ini adalah terkategori pada pure Palopo language.
Mapappe’ satu kelompok dengan kata seperti “bah” atau “bi”.
Kata atau partikel “bah” sendiri konon tidak dimiliki oleh daerah lain
di Sulawesi Selatan. Yang saya tahu, cuma orang Batak saja yang juga
menggunakan kata Bah ini. Bah sendiri menurut saya mirip-mirip dengan
kata atau partikel “lo” di Sinjai, “je’” di Sidrap, atau mungkin
juga kata “kora” di Luwu bagian selatan. Bah sendiri tidak
ditemukan di bahasa Bugis dan Luwu. Beda dengan kata atau partikel akhiran “e”
atau kata “bammi” yang ditemukan di bahasa Bugis dan partikel “le’” yang
ditemukan di bahasa Luwu. Le’ sendiri kini menjadi ciri khas orang
Palopo (dan juga Luwu umumnya).
Kalau bah cenderung terkategori menjadi
partikel bias makna, maka Mapappe’ tadi cenderung tergolong sebagai suatu kata
yang bermakna. Mapappe’ atau mappappe’ dapat dimaknai sebagai
bagus, cantik, gagah, indah atau sesuatu yang ideal. Di masyarakat Palopo
(khususnya remaja), saya sering mendengar kalimat: “Mappappe’ mi kawan!”,
yang berarti: “Sudah bagus, kawan!” dalam konteks situasi seseorang remaja yang
mengakhiri kegiatan memperbaiki motor sahabatnya. Atau kalimat: “Bi…mapappe’nya!”
(arti: Wow, cantiknya!) dalam konteks situasi seorang remaja pria yang
mengagumi kecantikan (atau keseksian) seorang cewek.
Demikianlah, mappappe’ atau mapappe’ secara
umum hanya digunakan di kalangan remaja. Saya berkesimpulan bahwa, kata mapappe’
atau mappappe’ ini adalah bahasa gaul remaja Palopo. Sehingga pula
kata ini dipakai dalam lirik lagu kritik “ABG Palopo”, yang notabene target
marketnya adalah remaja. Olehnya itu, jangan heran jika kelak 5 hingga 10
tahun mendatang, mappappe’ atau mapappe’ bakal ditinggalkan oleh
remaja Palopo. Alasan sederhanya karena, mereka menganggap kata ini adalah
‘teori kebahasaan gaul’ lawas. Yang tumbuh dan berkembang di generasi sebelum
mereka, generasi jadul!. Sehingga tidak cocok lagi digunakan di era mereka. Ya,
kan? Kapeng…
0 komentar:
Posting Komentar