Selasa, 08 Januari 2013

Kebudayaan Negara Jerman


Jerman adalah suatu negara pujangga dan sangat  pemikir. Walau demikian tidak terlihat adanya kompetensi kultural pada Jerman sebagai Negara  berbudaya. Kebudayaan di Jerman adalah urusan negara bagian, ini adalah keputusan dalam konstitusi Negara tersebut. Ada alasan mengapa kebudayaan di Jerman adalah hal yang tidak dapat atau tidak perlu ditangani oleh seluruh bangsa. Hal ini di karenakan sejak masa Kaisar Wilhelm pada akhir abad ke-19, kebudayaan Jerman sebagai ungkapan nasional Jerman sudah dicurigai sebagai keangkuhan. Musibah nasionalsosialisme kemudian mencetuskan orientasi baru yang dilaksanakan secara konsekuen. Seusai Perang Dunia II, orang menyadari bahwa Jerman hanya dapat kembali ke komunitas bangsa sedunia apabila dihindarinya kesan adanya semangat budaya nasional yang berlebihan. Dengan mempertimbangkan hal itu juga, pada saat pendirian Republik Federal Jerman tahun 1949 orang mengingat tradisi federalistis dan menyerahkan kewenangan budaya kepada negara bagian. Baru sejak tahun 1999 terdapat menteri negara kebudayaan dan media pada Kekanseliran Federal. Sejak waktu itu ada satu dan lain urusan budaya yang kembali diang­gap sebagai hal yang menyangkut seluruh bangsa.
Jerman mempunyai kebudayaan dari beberapa segi. Seperti teater dan orkes professional, yang terdiri lebih dari 400 kelompok, yang terbentuk dari Flensburg di utara dan Garmisch di selatan. Ada ratusan museum seni rupa bertaraf internasional juga membentuk jaringan museum yang unik. Seni lukis muda juga sangat hidup di Jerman dan telah di kenal di dunia internasional. Jerman juga termasuk Negara perbukuan yang besar karena sekitar 95.000 baru diterbitkan atau di cetak ulang. Di dunia perfilman Jerman juga memiliki kesuksesan di berbagai Negara di dunia.
Di mata dunia, teater Jerman sering dicap sebagai ribut dilanda narsisme. Akan tetapi saat ini, terdapat sistem yang di kagumi di seluruh dunia. Banyak kota yang tidak begitu besar pun memiliki gedung opera dan ansambel balet . Apabila di amati secara keseluruhan terbentuk semacam panorama teater, yaitu sebuah jaringan rapat yang terdiri dari teaer milik Negara bagian dan kota, teater keliling dan swasta. Dengan bersumber pada gerakan mahasiswa tahun 1968, telah berkembang paguyuban seni panggung yang besar, yaitu apa yang disebut Kelompok-Kelompok Bebas. Eksistensi kelompok tersebut membuktikan masih tetap adanya kecintaan akan teater yang yang ingin mengungkapkan dirinya di panggung. Sumbangan masyarakat Jerman bagi teater cukup besar bentuknya gagasan, perhatian dan dana. Banyak orang menganggap panggung-panggung sebagai hal mewah, mengingat pendapatan teater dari karcis masuk pada umumnya hanya mencapai sepuluh atau lima belas persen dari pengeluarannya. Sistem subsidi berlaku juga untuk teater swasta – seperti Schaubühne di Berlin, yang didirikan oleh sutradara Peter Stein. Akan tetapi system itu telah mencapai titik kulminasi dalam perkembangan yang sedang berasa dalam tahap yang sulit,karena seni suka di ukur dengan persyaratan materinya.
Selama periode yang panjang Peter Stein dianggap sebagai tokoh unik dalam teater Jerman. Berbeda dengan sutradara lainnya ia menciptakan karya yang dapat dikenali melalui kontinuitas pengulangan motif, tema dan pengarang. Gaya penyutradaraannya mengutamakan teks. Antara angkatan seniman yang berteater sekarang dan tokoh seperti Peter Stein, Peter Zadek atau Claus Peymann, pemimpin Berliner Ensemble, terbentang jarak yang jauh. Mereka yang tergolong pemberontak tahun 1968 itu memakai perbendaharaan kata yang tidak cocok lagi untuk teater kontemporer. Pengertian seperti mencerahkan, mengajari, atau menindak berkesan usang. Teater angkatan muda tidak lagi mau menjadi avant-garde, melainkan mencari bentuk ekspresi tersendiri. Setelah era naik daunnya seniman muda seperti Leander Haumann, Stefan Bachmann dan Thomas Ostermeier pada tahun 1990-an, para sutradara itu kini sudah menjadi kepala teater.
Frank Castorf yang namanya terkenal sebagai penghancur karya drama telah menjadi teladan bagi generasi seniman teater itu. Sutradara seperti Michael Thalheimer, Armin Petras, Martin Kusej, René Pollesch atau Christina Paulhofer telah menciptakan bentuk pementasan yang mengutamakan gaya daripada isi cerita. Cara bercerita tradisional dengan berpegang pada teks terasa agak asing bagi mereka. Ciri yang menandai teater Jerman selama kurang lebih 250 tahun, yaitu konfrontasi dengan masyarakat, telah memudar. Hal itu tampak juga dalam Pertemuan Teater Berlin setiap tahun. Yang ada sekarang keanekaragaman yang berwarna-warni. Namun tidak pernah ada teater yang berlangsung terlepas dari waktu pementasannya. Teater harus menciptakan gambaran mengenai kehidupan kita, sekaligus menghidupkan ingatan. Untuk itu teater disubsidi. Itulah fungsi kemasyarakatannya.
Negara Jerman sebenarnya adalah Negara pujangga dan pemikir, walau begitu tidak tampak adanya kompetensi kultural pada Jerman sebagai Negara  berbudaya. Kebudayaan adalah urusan negara bagian. Hal ini di karenakan kebudayaan Jerman sudah di ungkapkan sebagai keangkuhan. Tetapi pada saat ini kebudayaan Jerman sudah di kenal diseluruh dunia. Banyak sekali budaya-budaya yang ada di Jerman, seperti teater dan orkes professional, museum seni rupa, seni musik, seni lukis dan termasuk Negara pembukuan yang besar. Salah satu budaya yang ada di Jerman adalah budaya teater. Banyak sekali bangunan-bangunan penunjang kegiatan teater dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dan kini kebudayaan-kebudayaan di Jerman sudah tidak asing dan tidak di pandang sebelah mata lagi oleh masyarakat di dunia.

0 komentar:

Posting Komentar