v MASYARAKAT INDONESIA
Masyarakat
Indonesia yang majemuk terdiri dari berbagai budaya, karena adanya kegiatan dan
pranata khusus. Perbedaan ini justru berfungsi mempertahankan dasar identitas
diri dan integrasi sosial masyarakat tersebut. Pluralisme masyarakat, dalam
tatanan sosial, agama dan suku bangsa, telah ada sejak nenek moyang,
kebhinekaan budaya yang dapat hidup berdampingan, merupakan kekayaan dalam
khasanah budaya Nasional, bila identitas budaya dapat bermakna dan dihormati,
bukan untuk kebanggaan dan sifat egoisme kelompok, apalagi diwarnai kepentingan
politik. Permasalahan silang budaya dapat terjembatani dengan membangun
kehidupan multi kultural yang sehat ; dilakukan dengan meningkatkan toleransi
dan apresiasi antarbudaya. Yang dapat diawali dengan pengenalan ciri khas
budaya tertentu, terutama psikologi masyarakat yaitu pemahaman pola perilaku
masyarakatnya.
Karena masyarakat Indonesia sangat beraneka ragam dan berbagai budaya
kebanyakan indiidu- individu di dalam masyarakat Indonesia pun berjenis dan
sangat bermacam-macam seperti misalnya masyarakat karena masyarakat Indonesia
adalah Negara kepulauan
dan hasil negaranya sangat kaya maka dari itu banyak masyarakat Indonesia masih
bergantung dengan alam karena bergantung dengan alam, dan masyarakat di
Indonesia juga kebanyakan solidaritasnya tinggi karena mereka hidup dari sabang
sampai merauke oleh karena itu mereka saling menyayangi kerena mereka memiliki
keterikan yang kuat dan karena symbol Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika. Kebanyakan
masyarakat Indonesia sekarang, masih memiliki pola pikir yang kurang
menguntungkan untuk diri mereka sendiri. Atau, kebanyakan masyarakat Indonesia
masih memiliki pola pikir masyarakat di era industrialisasi. Ingat kawan, kita
sekarang hidup di era yang baru; era informasi. Banyak hal dan kenyataan hidup
orang-orang di era industrialisasi yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi
dan kenyatan yang ada sekarang.
Pada
era industrialisasi, kita dididik untuk menjadi seorang pekerja industri,
dengan segala konsekuensi yang ada. Konsekuensi seperti apa? Konsekuensi yang
paling nyata dan dialami oleh kebanyakan orang pada era industrialisasi adalah
bertambahnya masalah sosial masyarakat. Keluarga, sebagai komunitas terkecil,
telah menjadi salah satu sumber dari masalah sosial tersebut. Orang tua yang
harus bekerja dari pagi hingga malam hari, karena tuntutan hidup, semakin
kehilangan kontrol dan pengawasan terhadap anak-anaknya. Anak-anak yang tumbuh
tanpa bimbingan orang tua akan menimbulkan masalah sosial yang besar bagi
masyarakat, sekarang dan dimasa yang akan datang. Disamping itu, pada era
industrialisasi, uang dan materi menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang, sehingga
hal tersebut membuat orang berlomba-lomba untuk mengejar materi demi memenuhi
salah satu kebutuhan dasar manusia; kebutuhan aktualisasi diri (pengakuan) dari
orang lain (teori Maslow).
Kemudian,
cara kerja dan gaya hidup orang-orang di era industrialisasi ternyata tidak
berhasil memberikan kepastian dan keamanan hidup kepada kebanyakan orang di
dunia ini. Hanya segelintir orang saja, yang benar-benar dapat menikmati hidup
yang lebih membahagiakan dan bernilai tinggi. Dan masyarakat Indonesia
sangat pintar dan pandai, serta masyarakat yang taat pada norma serta adat
istiadat. masyaraktnyapun pekerja keras karena mereka dasarnya masyarakat yang
mandiri dan di latih untuk menjadi mandiri karena apapun yang mereka perlukan
ada di alam, hanya saja tinggal mengelolah hasil alam tersebut.
v MASYARAKAT JERMAN
Masyakarat
Jerman bersifat modern. Kebanyakan orang memiliki pendidikan yang baik, taraf
hidup yang tinggi dalam perbandingan internasional, dan ruang gerak yang cukup
luas untuk mengatur kehidupan secara individual. Biar begitu, masyarakat
Jerman, sama dengan negara industri besar lainnya, kini menghadapi tantangan
mengatasi masalah perkem¬bangan demografis, khususnya penuaan masyarakat. Lagi
pula dampak pembelahan Jerman di bidang kemasyarakatan belum diatasi sepenuhnya
dua puluh tahun setelah terjadinya reunifikasi. Dalam rangka globalisasi,
Jerman melangkah juga ke arah masyarakat imigrasi modern dengan kemajemukan
etnobudaya yang terus meningkat, sambil menggiatkan upaya untuk
mengintegrasikan kaum migran ke dalam mayarakat inti secara wajar.
Perubahan
sosioekonomis yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir ini – dengan
dipercepat oleh akibat krisis ekonomi dan keuangan global – telah menimbulkan
keadaan penuh risiko sosial dan mengakibatkan kecenderungan diversifikasi
masyarakat menurut kondisi hidup di bidang ekonomi. Laporan terakhir Pemerintah
Federal mengenai kemiskinan dan kekayaaan mengungkapkan, bahwa setiap warga
Jerman keempat diang-gap sebagai miskin atau harus dipelihara dari kemiskinan melalui
pemberian negara. Menurut definisi UE, rumah tang¬ga termasuk kategori
“miskin”, kalau pendapatannya berjumlah kurang dari 60 persen pendapatan
menengah. Untuk orang lajang, pendapatan menengah kini berjumlah sekitar 780
Ero per bulan.
Referensi :
www.ialf.edu/kipbipa/papers/EndangPoerwanti.doc
//id.shvoong.com/exact-sciences/1754104-masyarakat-indonesia-masih-memiliki-pola/
//www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/masyarakat/main-content-08/masyarakat-jerman-modern-majemuk-dan-terbuka.
Referensi :
www.ialf.edu/kipbipa/papers/EndangPoerwanti.doc
//id.shvoong.com/exact-sciences/1754104-masyarakat-indonesia-masih-memiliki-pola/
//www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/masyarakat/main-content-08/masyarakat-jerman-modern-majemuk-dan-terbuka.
0 komentar:
Posting Komentar