Rabu, 02 Januari 2013

Perbedaan Masyarakat Indonesia dan Masyarakat Jerman


v  MASYARAKAT  INDONESIA
Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri dari berbagai budaya, karena adanya kegiatan dan pranata khusus. Perbedaan ini justru berfungsi mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat tersebut. Pluralisme masyarakat, dalam tatanan sosial, agama dan suku bangsa, telah ada sejak nenek moyang, kebhinekaan budaya yang dapat hidup berdampingan, merupakan kekayaan dalam khasanah budaya Nasional, bila identitas budaya dapat bermakna dan dihormati, bukan untuk kebanggaan dan sifat egoisme kelompok, apalagi diwarnai kepentingan politik. Permasalahan silang budaya dapat terjembatani dengan membangun kehidupan multi kultural yang sehat ; dilakukan dengan meningkatkan toleransi dan apresiasi antarbudaya. Yang dapat diawali dengan pengenalan ciri khas budaya tertentu, terutama psikologi masyarakat yaitu pemahaman pola perilaku masyarakatnya. 

Karena masyarakat Indonesia sangat beraneka ragam dan berbagai budaya kebanyakan indiidu- individu di dalam masyarakat Indonesia pun berjenis dan sangat bermacam-macam seperti misalnya masyarakat karena masyarakat Indonesia adalah Negara kepulauan dan hasil negaranya sangat kaya maka dari itu banyak masyarakat Indonesia masih bergantung dengan alam karena bergantung dengan alam, dan masyarakat di Indonesia juga kebanyakan solidaritasnya tinggi karena mereka hidup dari sabang sampai merauke oleh karena itu mereka saling menyayangi kerena mereka memiliki keterikan yang kuat dan karena symbol Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika.  Kebanyakan masyarakat Indonesia sekarang, masih memiliki pola pikir yang kurang menguntungkan untuk diri mereka sendiri. Atau, kebanyakan masyarakat Indonesia masih memiliki pola pikir masyarakat di era industrialisasi. Ingat kawan, kita sekarang hidup di era yang baru; era informasi. Banyak hal dan kenyataan hidup orang-orang di era industrialisasi yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi dan kenyatan yang ada sekarang.
Pada era industrialisasi, kita dididik untuk menjadi seorang pekerja industri, dengan segala konsekuensi yang ada. Konsekuensi seperti apa? Konsekuensi yang paling nyata dan dialami oleh kebanyakan orang pada era industrialisasi adalah bertambahnya masalah sosial masyarakat. Keluarga, sebagai komunitas terkecil, telah menjadi salah satu sumber dari masalah sosial tersebut. Orang tua yang harus bekerja dari pagi hingga malam hari, karena tuntutan hidup, semakin kehilangan kontrol dan pengawasan terhadap anak-anaknya. Anak-anak yang tumbuh tanpa bimbingan orang tua akan menimbulkan masalah sosial yang besar bagi masyarakat, sekarang dan dimasa yang akan datang. Disamping itu, pada era industrialisasi, uang dan materi menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang, sehingga hal tersebut membuat orang berlomba-lomba untuk mengejar materi demi memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia; kebutuhan aktualisasi diri (pengakuan) dari orang lain (teori Maslow).
Kemudian, cara kerja dan gaya hidup orang-orang di era industrialisasi ternyata tidak berhasil memberikan kepastian dan keamanan hidup kepada kebanyakan orang di dunia ini. Hanya segelintir orang saja, yang benar-benar dapat menikmati hidup yang lebih membahagiakan dan bernilai tinggi. Dan masyarakat Indonesia sangat pintar dan pandai, serta masyarakat yang taat pada norma serta adat istiadat. masyaraktnyapun pekerja keras karena mereka dasarnya masyarakat yang mandiri dan di latih untuk menjadi mandiri karena apapun yang mereka perlukan ada di alam, hanya saja tinggal mengelolah hasil alam tersebut.
v  MASYARAKAT  JERMAN
Masyakarat Jerman bersifat modern. Kebanyakan orang memiliki pendidikan yang baik, taraf hidup yang tinggi dalam perbandingan internasional, dan ruang gerak yang cukup luas untuk mengatur kehidupan secara individual. Biar begitu, masyarakat Jerman, sama dengan negara industri besar lainnya, kini menghadapi tantangan mengatasi masalah perkem¬bangan demografis, khususnya penuaan masyarakat. Lagi pula dampak pembelahan Jerman di bidang kemasyarakatan belum diatasi sepenuhnya dua puluh tahun setelah terjadinya reunifikasi. Dalam rangka globalisasi, Jerman melangkah juga ke arah masyarakat imigrasi modern dengan kemajemukan etnobudaya yang terus meningkat, sambil menggiatkan upaya untuk mengintegrasikan kaum migran ke dalam mayarakat inti secara wajar. 
Perubahan sosioekonomis yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir ini – dengan dipercepat oleh akibat krisis ekonomi dan keuangan global – telah menimbulkan keadaan penuh risiko sosial dan mengakibatkan kecenderungan diversifikasi masyarakat menurut kondisi hidup di bidang ekonomi. Laporan terakhir Pemerintah Federal mengenai kemiskinan dan kekayaaan mengungkapkan, bahwa setiap warga Jerman keempat diang-gap sebagai miskin atau harus dipelihara dari kemiskinan melalui pemberian negara. Menurut definisi UE, rumah tang¬ga termasuk kategori “miskin”, kalau pendapatannya berjumlah kurang dari 60 persen pendapatan menengah. Untuk orang lajang, pendapatan menengah kini berjumlah sekitar 780 Ero per bulan.

Referensi :
www.ialf.edu/kipbipa/papers/EndangPoerwanti.doc
//id.shvoong.com/exact-sciences/1754104-masyarakat-indonesia-masih-memiliki-pola/
//www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/masyarakat/main-content-08/masyarakat-jerman-modern-majemuk-dan-terbuka.

0 komentar:

Posting Komentar